Minggu, 13 Maret 2016

Aku, Sang Pendosa


Aku dan tiap langkah yang telah ku lalui, meninggalkan banyak jejak yang semua nya tak selalu baik.

Aku yang dengan terengah, menganggap diriku sebagai pendosa, yang bahkan aku sendiri tak cukup mampu untuk menghindari.

Aku yang harusnya mampu menjadikan diri ku baik dulu, nyatanya tak mempunyai cukup nyali untuk beranjak ke langkah yang lebih baik.

Ya Rabb, hina nya seorang peminta-minta untuk hal baik seperti diriku ini, yang bahkan tak pernah melakukan hal baik sedikit pun untukMU. Banyaknya pinta hal baik, yang sebenarnya membuatku malu. 

Bukankah ketika aku tak mampu melepaskan apa-apa yang membuatku nyaman sekarang (katanya), berarti aku tak mempercayai takdir indahMU untuk hal yang lebih Istimewa, yang sebenarnya telah KAU persiapkan untukku?

“Aku menjadi lirih, terenyuh, lalu…memaki diriku sendiri…”

Rabb (lirihku)…nyatanya aku belum cukup kuat untuk melepaskan semuanya. Dengan segala kelemahan aku mengatakan ini Rabb.

Ahhh…banyak sekali basa-basiku, apalagi pintaku. Nyatanya, aku selalu meminta ampunan tapi dengan kesenanganku selalu kembali mengingkarinya.

Rabb…
Teruntuk lelaki yang telah dipersiapkan Tuhan jauh disana, sepertinya aku menelurusi langkah yang mengambang, yang aku sendiri tak tahu kemana harus berpijak.

Bercerita lewat khusyuk menengadah kepadamulah yang aku bisa,
Aku tak cukup kuat untuk melepaskan apa yang selama ini aku jalani.

Ya Rabb, aku tau aku salah, mengapa sampai hati aku tak bisa melepaskannya? Bisa-bisanya aku selalu meragukan kekuatanmu, aku terenyah.

Ya Rab, untuk lelaki ku kelak, tak hanya mencintaiku saja, tapi mampu menghormatiku, dan selalu menomorsatukan KAU diatas segalanya.

Pinta harapku untuk lelakiku kelak, selalu sayangi dan istimewakan ibunya, maka dia akan tahu bagaimana dia mengistimewakan perempuannya kelak. Karena sebaiknya lelaki adalah yang sangat menyayangi dan mampu mengistemewakan ibunya, pun selalu mengingat Rabbnya

Dari yang (sebenarnya) mencintaiMU, Rabb.
Aku, yang selalu meminta baik terhadapMU untuk ku.
Namun, tak cukup kuat menguatkan diriku sendiri atas KekuatanMU.

Salam Lirih dari (Pendosa seperti (a)ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar