Rabu, 19 Agustus 2015

Bersama Senja

Bersama senja ku tengadahkan wajah, didepan pintu aku mencoba menerawang apa yang sebenarnya membuat "ruang kecil" ini terasa amat begitu menyakitkan. Aku pun tidak mengerti apa yang sebenarnya membuat sakit.

Kurasakan pedih hingga ingin sekali aku menelungkup lalu kutumpahkan semuanya sampai semuanya terasa menjadi lebih baik seperti sebelumnya. Lalu, kembali aku mencoba mengingat-ingat hal yang sama seperti yang ingin aku lakukan hari ini, bahkan telah lebih dulu tertumpahkan. Bukankah beberapa hari kemarin kau telah puas menangis terlungkup dibahu temanmu? Tidakkah kau puas menumpahkan semuanya hari itu? Harusnya kau merasa puas karena kemarin sudah kau tunpahkan. Harusnya. Tapi, mengapa hal yang sama rasanya ingin kau tumpahkan kembali. Bukankah ini hanya akan membuat kau tambah terlihat begitu lemah, tepatnya kau terlihat sangat ingin dikasihani. 

Sejenak aku mencoba terdiam, menarik nafas lebih dalam agar aku dapat terlihat baik-baik saja.
Kemudian aku mentertawakan diri ku sendiri, mengusap wajahku, siapa tahu aku sedang tidak sadar. 

Bersama senja, aku menghabiskan  terawanganku sampai akhirnya kau menemukan bahwa aku benar-benar sedih hari ini, beruntung Tuhan masih memberikan orang-orang yangselalu sedia ada saat keadaan terburuk saya. Bukankah hal yang lebih menyakitkan dari ini sudah lebih dulu kau rasakan? 
Iya. Jawabnya iya. Kenapa kau menjadi lebih cemen cengeng sekarang. Bukankah sebelum ini kau menghadapi dicampakan sendirian, dan akhirnya kau menemukan kembali waktumu untuk tetap berjalan, sampai hari ini kau kembali merasakan sakit yang seharusnya mampu kau hadapi sendiri.

Bersama senja, yang akhirnya membuat sadar bahwa benar-benar sedih .
Bersama senja menghabiskan bahkan menikmati sakit pedih yang sebenarnya tidak tahu apa penyebabnya. Aku butuh rumah. Disini aku menanggung luka sendirian. Aku butuh rumah. Tempat seutuh dan sebenar-benarnya pulang. Aku butuh rumah. Disini aku menjaga rasa sendirian. Aku butuh rumah. Tempat utuh yang selalu memberikan teman untuk menghadapi runtuhnya semangat.

Tak ada tempat yang menggantikan rumah, apapun itu. 
Tapi mungkin didalam rumah terdapat doa yang selalu hadir dari orang-orang yang selalu mendoakan. Percaya, doa akan selalu hadir ditempat mana pun.  Akan sampai ditempat terjauh sekali pun. Ada doa didalam rumah. Ada hal yang menenangkan didalam sebuah tempat berpulang. 

Jika kau tanya apa hal yang sedang benar-benar dirasakan saat ini, adalah rasa sulit untuk menumbuhkan rasa ikhlas yang utuh tanpa mengharapkan balasan apapun. 

Bersama senja, aku merasakan sakit pedih. 
Bersama senja, aku butuh rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar