Sabtu, 23 Mei 2015

Tak ada yang hilang, hanya sedikit berubah

Ntah perasaan apa yang aku rasakan sejak tadi malam hingga menimbulkan sesak mendalam sepagi ini. Ntahlah, aku merasakan pedih sesak, sampai aku menolak untuk menoleh ke arah cerahnya pagi ini.

...bahkan untuk segala rasa yang telah kau tumpahkan pun, tak cukup membuat kau menjadi tenang hari ini. Lalu, apa lagi yang harusnya kita perbuat ketika mengungkapkan kesakitan pun tak mengurangi kesakitan? Sepertinya menangis sesegukan adalah satu alternatifnya.
Hei, bukankah ketika bercakap semalam penuh kau telah menangis diam dengan sesegukan menahan sesak, lalu mengapa kau harus menangis lagi sepagi ini, itu hanya membuatmu semakin terlihat cengeng dan berlebihan.

...bahkan ketika tidak ada satu butir pun air mata mu jatuh, ketika kau tengah bersedih, artinya kau telah merasakan sakit yang lebih dari sakit, hingga menangis pun kau tak kuasa melepaskannya.

Keluh kesahmu saja sudah membuatnya berpikir pusing berkali-kali tapi tetap saja keras kepala yang kau dapat. Sudahlah, aku memang tak pantas untuk berlama-lama disini, aku pantasnya berhenti.
Berhenti mengeluh, berhenti menangis, berhenti mengungkapkan, bahkan berhenti untuk melakukan semuanya. Hah? Rasanya satu butiran pun jatuh tanpa perintah, ntahlah menuliskan kalimat barusan membuat dada semakin sesak sehingga menghasilkan mata merah yang menahan tangis.

Menyakitkan rasanya ketika hal yang seperti itu terus diungkit dan diulang
Ntahlah, bagiku itu seharusnya dimusnahkan, sehingga tak ada lagi cerita tentang hal yang menyesakkan itu. Ketika kau harus berkata "iya, itu sama-sama sakit". Aku merasakan bibirku tersungging senyum mendengarnya, ntah senyum itu menandakan apa, yang pasti aku merasakan sesak, Hahaha sejak tadi pun aku mentertawai diriku sendiri, bodoh! Sudah membuat orang yang menyayangimu merasakan sakit.

Memang hal menyakitkan ketika hal itu terus diungkit dan dibicarakan ulang.
Ketika hal tersebut harus diulang, maka tidak akan pernah saya membuat orang lain menyukai saya selain kamu, tidak akan pernah membiarkan orang lain memiliki rasa yang lebih untuk saya selain kamu, bahkan saya tidak akan pernah membiarkan orang lain memiliki perasaan yang berlebih untuk saya selain kamu, tidak akan pernah.
Memang telah salah membuat orang lain menyukai saya selain kamu, memiliki perasaan yang lebih untuk saya selain kamu, maafkan saya, saya telah salah membuat orang lain menyukai saya selain kamu, maafkan saya. Rasanya hal ini telah menjadi tuduhan yang menyakitkan, tapi tenang saya memang telah salah, dan membuat orang lain menyukai saya selain kamu. Maafkan saya.
Maafkan saya yang telah membuat orang lain merasa terkhianati atas sikap saya, membuat orang lain berpikir buruk sehingga membuat saya terlihat buruk. Maafkan saya.

Merasakan hal yang aneh, semakin jauh, sehingga merasa asing, tak kenal membuat aku semakin tak mengenali rupa keadaan ini seperti apa. Sudah sejauh ini, lalu apa saja yang telah dilakukan?
Rasanya pertanyaan ini langsung saja mendarat, sepertinya menjadi satu satu nya bahan renungan sejak percakapan itu dimulai.

"Ketika ada wanita yang ingin menunggu seorang pria berlama-lama, tanpa tahu kepastiannya apa, wanita itu terlalu bodoh"
Yan, kalimat itu disampaikan oleh seorang sahabat lelakiku, ntahlah mungkin hal ini yang sedang aku alami. Sadar tapi tak menyadari, begitu tepatnya.
Terimakasih telah membuat saya bodoh; terlihat bodoh dengan ingin menunggu terlalu lama hehehe.

"Tidak ada manusia yang benar-benar mengerti tentang ketidakberadaan waktu, yang ada hanyalah manusia yang sabar menunggu" - Fala Adinda
Iya, rasanya kalimat ini terlalu sesak untuk dibaca berulang-ulang.

Tidak pernahkah kau sadar betapa ada seseorang yang selalu menunggu kamu disetiap hal yang dia lakukan. Menunggu pesan singkat yang ntah kapan akan kau kirimkan, menunggu balasan chat inbox yang akan kau balas atau hanya kau lihat saja, menunggu waktu untuk bercakap, bahkan menunggu sampai henpon berdering dengan nada panggilan dan tertulis dilayar bahwa yang menelpon adalah kamu, mungkin ini hal sepeleh yang tak kau sadari. Yah, menunggu adalah hal sepeleh, sebut saja begitu.

Mungkin hal yang paling aku benci sekarang adalah keadaanku saat ini, yang terlalu terlihat bodoh, yang sadar namun tidak menyadari, yang cengeng namun tetap berkata aku kuat.
Aku tidak sekuat yang terlihat. Baiklah aku akan kuat dalam ketidakkuatanku, dengan segala sesak yang seringkali aku rasakan. Yah, aku tahu, kau yang lebih mengalami sakit dan sesak lebih dariku, semua yang kau asakan adalah lebih dariku, maafkan saya yah.

Tak ada yang hilang, hanya saja sedikit berubah.
Berubah menjadi sama-sama egois, keras kepala, ingin menang sendiri, bahkan memenangkan rasa sendiri-sendiri dengan berlebel "aku yang lebih sakit".
Tak ada yang hilang, hanya saja sedikit berubah.
Berubah menjadi pejuang rasa sendiri, tak ada lagi yang saling menenangkan yang ada hanya ingin saling memenangkan diri sendiri. Rasanya belum kutemukan lagi yang kemarin, ketenangan kemarin, hari ini hanya ada yang menyesakkan. Terimakasih untuk semuanya.

Kadang mengungkapkan hal yang benar-benar sesak akan lebih membuat sesak.
Tenang, ini tidak hilang hanya saja sedikit berubah.
Maafkan ketika aku tidak terlalu menginginkan hal ini menjadi baik, hanya saja, berpikir untuk menenangkan diri dari sesak pun itu jauh dari cukup untuk saat ini.

Rasanya tak perlu diungkapkan lebih jauh, karena hal yang sakit adalah lebih yang kau rasakan.
Biarkan saja, tenang, aku tidak merasakan sakit yang sebanding yang tengah kau rasakan.
Aku hanya merasa sedikit sesak, selebihnya aku akan selalu baik-baik saja hehehe.
Tak usah kau khawatirkan, tidak akan ada yang hilang hanya saja sedikit berubah.
Berhenti sejenak, istirahat, mungkin kita sudah berjalan terlalu jauh tanpa arah.

Tak ada yang hilang, hanya sedikit berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar