Sabtu, 16 Mei 2015

Dua puluh dua lewat lima belas menit

...betapapun kau merasakan sakitnya menunggu, tapi masih tetap kau jalani.
Lalu kau mengeluh? Mengeluh tak berguna ketika kau masih saja melakukan hal yang membuat kau sakit. Menunggu melelahkan yah, sampai sampai juga menyakitkan.

Tak perlu kau banyak banyak mengeluarkan kata - kata untuk membuat seseorang sakit hati, membuat seseorang menunggu tanpa kejelasan pun rasanya lebih dari membunuh. Itu menurutku.
Menunggu? Hal yang paling aku benci, tapi selalu sedia aku melakukannya. Ntahlah ini terlalu buruk.

***
Melirik jam "dua puluh dua lewat lima belas menit"
Seingatku sudah sepuluh menit yang lalu aku menekan tombol "reply" dihenpon, tapi segini larutnya belum juga terdapat balasan. Bukan satu kali, tapi empat kali balasan itu ku hantarkan, tapi nampaknya belum juga muncul harapan"
Kau tanya lah, sudah berapa kali hal ini terjadi, jawabnya sudah terlalu sering, lalu aku hanya menganggapnya hal yang biasa, dan sudah menjadi kebiasaan.

Lalu, kau belum merasakan lelah?
Usai, jawabnya usai. Aku telah lama merasakan lelah, sampai hari ini lelah itu tergantikan dengan kata "ahh ini biasa, biasa kok seperti ini"
Hal seperti ini sudah menjadi sahabat baruku sekarang.
Lalu, apakah kau masih ingin bertahan?
Jawabnya, masih, akan selalu bertahan, bukan ditahankan.

Semoga hati bisa selalu bersahabat dengan ku sampai kapan pun, menunjuk kau sebagai alasanku untuk bertahan sejauh ini. Lalu, apakah ada rasa menyesal?
Jawabnya, tidak, tidak pernah ada kata menyesal.
Untuk apa disesali, hal ini untuk kita belajar. Belajar untuk tidak selalu mementingkan keinginan sendiri. Melainkan untuk kebersamaan.

Apa yang kau sebut berjuang?
Aku tidak banyak pengalaman tentang perjuangan. Yang saya tahu dalam perjuangan ada orang yang sama sama berjuang, untuk sampai kepada tujuan akhir, ya begitu.

Kau harus menambah sakitmu dengan sakit dan sakit lagi, sampai rasa sakit itu tidak bisa dirasakan lagi. Dengan kata lain, rasa sakit tidak akan terasa apapun ketika kau menyambutnya dengan bahagia sebagai sahabatmu.

Lantas, apa yang akan kau lakukan setelah kau menyadari bahwa semua ini menyakitkan?
Jawabnya, meneruskan. Meneruskan terhadap apa yang telah dijalani sebelumnya, bersahabat dengan rasa sakit berjuang, walaupun sakit berjuangmu tidak terlihat. Tetaplah kuat terhadap kuatmu untuk bertahan, tetaplah bertahan dalam sakit berjuangmu.

Hei, tetaplah jadi gadis yang tidak hanya memaafkan, tapi mengikhlaskan serta melupakan terhadap kesakitan yang disebabkan orang lain. Ikhlaslah, lalu kau akan lebih tulus dalam menerima apapun tanpa harus mengharapkan perjuanganmu terlihat.

Bersahabatlah terhadap apapun hal yang tak pernah kau suka, lalu dikemudian hari kau akan menyukainya, menyayanginya, bahkan mencintainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar