Kamis, 13 November 2014

Sepenggal Cerita Tentang Ayah

...Bahkan hampir semua perjalanan hidup, aku lalui dengan caranya menyayangiku
Saat anak-anak SMA telah menikmati sendiri motor barunya untuk pergi sekolah,
merasakan diantar-jemput pacar, aku masih sangat bahagia merasakan diantar-jemput oleh Ayah.

...Bahkan saat aku menginginkan untuk pergi sendiri, berjalan, nongkrong, dan bersenang-senang dengan teman-temanku, beliau tetap bersedia mendampingi, melawati setiap sudut jalan kemana pun aku inginkan pergi.

Pernah suatu ketika aku merengek malu, ketika masih harus diantar-jemput, dan tersadar ketika seorang temanku mengatakan "kamu harus bahagia, karena tidak banyak orang bisa merasakannya"

...Bahkan saat aku komplain ketika ayah mengelus kepalaku dan mencium keningku ketika aku harus pergi merantau, beliau tetap melakukannya, sampai hari beliau mengatakan :
"tidak ada hal yang paling membahagiakan ketika ayah masih bisa mengelus dan mencium kening anak gadisnya yang sudah berumur 20 tahun"

Aku selalu bisa merasakan ketulusan dari cara ayah menyayangi, cuek, namun sangat membahagiakan.
Ayah, selalu menginginkan kabar ketika aku sudah sampai ditempat kos ku, dan berakhir dengan ucapan "terimakasih yah mbak, hati-hati yah sayang"

...Bahkan ketika gadis seumuranku harus mengabarkan hal ini kepada pacarnya, ayah telah lebih dulu menerapkannya untukku, yang akan selalu membuat posisi ayah tetap terdepan, pacar abadi.

Lalu, menurutku tidak ada hal yang paling konyol selain saling mencibir bibir dengan ibu dan gaya tos-tos-an dengan ayah sebelum pergi.
Hal ini hampir disetiap keadaan aku lakukan bersama 2 pahlawan ini, aku menganggapnya kawan dan sahabat hidup yang tak akan pernah tergantikan posisinya sampai kapan pun.

...Bahkan saat aku pertama kali menceritakan mantan pacarku yag belum 2 minggu telah memiliki pacar baru, ayah dengan wajah cool nya tetap mendengarkan, dan berkata biarkan saja, begitulah hidup.
Aku selalu malu ketika harus menceritakan hal ini, namun ayah tetap dengan wajah coolnya menandakan dia bersedia mendengarkan.

...Bahkan saat pertama kali aku pulang kerumah dengan wajah pucat dan aku mengatakan "sakit perut yah"...dengan polos ayah balik bertanya "tadi belum makan mbak?"...Mbak halangan yah"...
Terlihat sekali wajah cool ayah berubah menjadi wajah yang kebingungan.

...Bahkan sampai sekarang ketika harus menemaniku belanja bulanan dan menggantikan ibu karena belum pulang mengajar, pulang kerja yang melelahkan, lalu berganti pakaian dan pergi, tidak akan menjadi hal sulit untuk beliau.

...Bahkan ketika ayah harus kehilangan ibunya 4 tahun yang lalu, terdengan suara ayah mengadzani dengan sendu dan lirih. Aku tahu ayah menahan tangis, namun tetap terlihat tegar.

...Bahkan, sampai saat beliau berkata "semoga mbak dapet suami yang selalu sayang sama mbak"
kata-kata ini ntah mengapa menjadi lirih terdengar.
Karena yang ayah khawatirkan adalah ketika ayah harus melepaskan anak untuk hidup bersama laki-laki yang bukan dirinya lagi.
Ayah mengkhawatirkan anaknya pergi dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
Ayah mengkhawatirkan anaknya tidak disayangi seperti dia menyayangi anak perempuannya.

Bagi ayah, aku masih terhilat unyu-unyu, masih dianggap anak kecil yang masih bisa digendong dan dilemparkan keudara lalu ayah akan menangkapnya, percaya Ayah adalah orang yang tidak akan pernah menyakiti.
 
Ayah, ketika suatu saat aku memperkenalkan laki-laki pilihanku, tolong terimalah dia dengan harapan tulusmu.
Ayah, ketika suatu saat aku dipinta dengan baik oleh laki-laki yang memilihku, tolong izinkanlah dia dengan amanatmu yang tulus.
Ayah ketika suatu saat aku akan hidup bersama laki-laki lain selain diriku percayakanlah dia seperti kau mempercayai anak laki-lakimu.
Ayah atas izinmu, atas kasih sayang tulusmu, aku bisa mendapatkan seorang laki-laki yang menyayangiku setulusmu walau tak akan pernah menggantikan posisimu.

"Alasan mengapa anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya karena hanya ayah, satu-satuna laki-laki yang tidak akan pernah menyakiti"

Selamat hari AYAH
Aku menyayangimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar