Banyuwangi menjadi salah satu tempat yang paling aku ingat disepanjang 2018, atau bahkan akan menjadi tempat yang aku ingat disepanjang hidupku.
Banyuwangi adalah tempat yang memberikan ku pengalaman yang amat sangat berharga ditahun kemarin. Kepergianku ke Kota yang menghadirkan Pulau merah itu mempunyai gejolak hati yang tak terelakkan. [mendramatisir :(]
Bagaimana tidak, kepergian ku kesana bertepatan dengan hari pernikahan teman dekatku. Kesepakatan untuk aku berangkat ke Banyuwangi sudah aku acc ketika jadwal ku tidak bertabrakan dengan hari pernikahan teman dekatku.
Seperti hal yang ditakuti, hal itu pula yang terjadi. Kepergian ku ke Banyuwangi menyisakan sesak dan cerita yang sampai sekarang aku ingat dalam-dalam seperti apa drama yang ku buat.
31 Juni 2018, terjadilah drama pertumpahan air mata. Aku datang dan meminta izin untuk pamit ke Banyuwangi bahwa aku tak bisa menghadiri acara akad nikah besok.
Dengan berat hati, ntah bagaimana aku melangkah, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke Banyuwangi.
Ku lihat, gaun brides maid yang sudah ku ambil dua hari yang lalu dari tukang jahit tergantung disisi kanan kamar tidurku. Ku pandang lekat-lekat gaun yang ku desain sendiri itu. Akhirnya, tak jadi ku pakai esok hari.
01 Juli 2018, gaun itu tetap tergantung dan aku pergi memakai jaket garis-garisku, celana chinos pants, dan sepatu keds yang sudah menemani perjalananku di 5 tahun terakhir ini.
-Bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2, Palembang-
Keberangkatanku pukul 10.35. Ini pertama kalinya aku naik maskapai ini dan terbang ke tempat yang pertama kalinya juga aku kunjungi.
Dulu, aku sempat menerka bagian jawa mana yang sudah aku kunjungi dan bagian jawa mana yang belum sempat aku kunjungi. Banyuwangi, destinasi ku hari itu. Aku terbang dan mendarat di tempat yang tak pernah terpikirkan untuk aku kunjungi, tapi takdir Tuhan membawaku kesini.
Banyuwangi mempunyai perputaran waktu yang sedikit cepat dari Sumatera Selatan. 18.30 Wib waktu Banyuwangi dan aku sudah berada di arrival's gate. Waktu itu Banyuwangi sudah memasuki waktu Maghrib.
Pertama kali nya mendarat di Banyuwangi, aku terkesima dengan desain bandara kecil ini. Minimalis tapi berkelas.
19.30 wib, we just arrived in home stay. Di tempat ini kami akan tinggal selama 5 hari ke depan. Dengan semua pelayanan dari pihak perusahaan. Esok pagi, aku harus bertugas, seperti kesepakatan sebelumnya kenapa aku diajak kesini.
Pagi hari ku sudah bangun. Prepare self to meet all the people and me as POM's translator for the first day, i'm in here.
Banyuwangi sudah banyak memberikanku pengalaman yang tak ternilai dalam beberapa hari. Pengalaman sebagai translator Bule di salah satu perusahaan tambang emas terbesar di Banyuwangi.
Awalnya ku pikir, Orang asing yang akan ku bantu diujian ini adalah orang asing biasa. Tapi, setelahnya ku tahu ketika aku berkenalan dan membuka ujian pagi ini, mereka berdua adalah General Manager dan Managerial Engineering di Perusahaan ini dari Australia.
Nervous dan campur aduk.
Aku hanya menghela nafas panjang. Ku hanya berkata "pekerjaanku tidak main-main Ya Allah, lancarkanlah".
Hari Pertama dan pengalaman pertama sebagai translator selesai. Aku sempat tak percaya jika aku mampu melewati semua keraguanku pada diriku sendiri.
Hari ke-2 dan ke-3, Aku dan Lia habiskan di Home stay dan main-main ke Pulau merah hehe
Hari ke-4 setelah istirahat selama dua hari, aku kembali bertugas sebagai translator di ujian POP, atau ujian untuk para karyawan sebagai orang asing yang bekerja di Indonesia, maksudnya mereka akan dilihat apakah layak untuk dipekerjakan di Indonesia ataukah tidak. Di ujian POP aku bertemu 3 orang karyawan asing dari Australia juga, tapi aku rada lupa siapa aja nama ketiga orang asing itu, yang aku ingat salah satunya sudah bekerja di Indonesia selama 24 tahun. Singkatnya, pekerjaanku sebagai translator selesai dihari itu dan besok aku harus kembali ke Sumatera.
[fyi, aku nggak sempet foto sama Mr. managerial engineering namanya Thomas Ishles, orangnya ganteng istrinya orang Indonesia dan tinggal di Bali. Di hari terakhir sebagai translator juga aku cuma sempet foto sama satu orang diujian POP, tapi aku lupa simpan fotonya dimana]😊
Banyuwangi menjadi tempat yang ditakdirkan Tuhan untuk mewujudkan salah satu impianku.
Dulu, aku sempat bercita-cita untuk bekerja di sebuah Perusahaan menjadi seorang translator orang asing. Tapi, aku menutupnya rapat-rapat, hingga Banyuwangi menjadi tempat yang ditakdirkan Tuhan untuk menjawab salah satu mimpiku.
Banyuwangi memberikanku keadaan yang sangat-sangat baik. Disana aku diperlakukan layaknya orang yang penting, seperti boss yang kesana kemari dilayani sangat baik. Naik turun mobil bersama sopir pribadi, makanan ekslusif, beserta coffee break setiap hari, hanya di home stay, lalu bekerja dan tugasku hanya sebagai translator.
Banyuwangi memberikan aku kesempatan untuk berpergian dengan hanya membawa badanku seorang dan baju-bajuku. Uangku tak keluar sepeser pun, biaya transport pesawat apa pun itu ditanggung semuanya sama perusahaan, makan minum, homestay semuanya gratis untukku, atau bahkan ketika ku pulang yaa aku dapatkan hasil kerjaku sebagai translator, yang hasilnya berkali-kali lipat satu bulan gajiku sebagai guru.
But, so far i'm so grateful as a teacher, 'cause "Humans just can makes plan, but god is the best maker decision for you"
Banyuwangi menjadi tempat yang paling tak terlupakan disepanjang akhir tahun 2018. Kota yang memberikanku pengalaman yang mungkin tak semua orang dapatkan.
Banyuwangi menjadi tempat yang hari ini sangat aku rindukan. Tempat yang memberikanku kesempatan untuk mewujudkan salah satu mimpiku yang sudah aku tutup rapat2.
Banyuwangi menjadi tempat yang mungkin hingga kelak akan aku rindukan. Tempat yang memberikanku kesempatan untuk bermain sore di Pulau Merah, walau pun aku tak tahu letak merahnya pulau itu dimana.
(hampir setiap) main sore ke Pantai Pulau Merah karena home stay kita sebrangan sama Pulau Merah, jadi tinggal beberapa langkah aja hehe |
Banyuwangi,
Kota kecil yang telah memberikanku pengalaman berharga, satu minggu cukup memberikanku pelajaran tentang bagaimana kehidupan disini. Disini aku tahu, kenapa aku banyak menemui dan berkenalan dengan Bule, karena jawabnya mereka habiskan libur di Banyuwangi dan melakukan transit lalu menyebrang ke Pulau Bali. Ya begitu.
Karena Banyuwangi dekat sekali dengan Pulau Bali. Mungkin nanti jikalau ada kesempatan bolehlah main-main lagi ke Banyuwangi, menikmati Pulau merah, lalu mencoba transit untuk menyebrang ke Pulau Bali.
(Lia, terima kasih sudah membawaku kesini, tepatnya memberikan ku kesempatan untuk aku berkunjung dan mewujudkan salah satu mimpiku. Biarkan kita dan Tuhan yang tahu bagaimana keadaan sebelum kita berdua sampai kesini. Semoga Tuhan selalu memberikan jalan berkah untuk kehidupanmu atau rezekimu. Terima kasih banyak sudah percayakan aku atas pekerjaan ini, terima kasih banyak untuk tetap menjadi teman baikku) :)
Aku dan Lia 😊 |
Banyuwangi,
Beserta orang-orang baik yang aku temui disana dan memperlakukanku dengan sangat baik, terima kasih banyak, semoga kelak kita bisa berjumpa di keadaan yang lebih baik dari ini.
(Lalu, sering kali aku pandangi lekat-lekat foto-fotoku ketika di Banyuwangi, ntah sejak kapan, aku mulai merasakan rindu untuk kembali)
Banyuwangi,
Lebih dari itu "Terima kasih sudah mampu menunjukkan bahwa sebenarnya aku bisa melawan keraguan diriku sendiri"
Banyuwangi,
Salam hangat dariku, sampai kelak waktu akan memberikan kesempatan kembali untukku mendarat disini (lagi).
Arum :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar