Sabtu, 20 Juni 2015

Tak semenyakitkan yang dirasa

Jauh melewati lorong sempit, yang sebenarnya akan tetap sampai ketempat ini.
Sempit ini adalah ketika pikiran ku tak lagi penuh untuk berserah diri kepada Mu; tak lagi penuh mengharap berkah Mu; melainkan setengah niat bahkan terpetak-petak.

Manusia macam apa, yang ketika susah saja mengingat kepada illahi yang selalu menyediakan kasih penuh untuk dirinya kapanpun. Hanya saja manusia tak secerdik itu menyadari bahwa Tuhan lah yang selalu bersedia memeluk dengan penuh kasihnya ketika manusia dalam keadaan terendahnya.

Ya Allah

Ketika nikmat Mu sepenuhnya telah aku dapatkan, maka aku tak cukup cerdik untuk membalas semuanya. Kau selalu bersedia memberikan nikmat lagi bahkan seterusnya walaupun seru lewat adzanmu kerap ku tangguhkan lewat kerja dunia yang hanya membuatku terus lupa terhadapmu.

Ketika kau selalu memberikan sakit, kemudian membuatku patah, tak hilang jua aku selalu dengan sok pintarnya menggurui bahwa Kau telah salah meletakkan takdirku seperti ini. Aku terlalu sok pintar bukan, Allah?

Ketika semua nikmatmu kau tujukan selalu untukku, kasih yang selalu kau selipkan disetiap perjalanan hidupku, berkah disetiap ku langkahkan kaki, namun aku tak sepenuhnya sadar akan itu semua, lalu aku selalu menangguhkan semuanya, mengungkapkan aku akan bersyukur dan menjalankan semuanya dilain waktu.

Ketika kau selalu memberikan waktu dan keadaan yang membuat aku tersenyum, kemudian aku selalu mengucap syukur; ahh pikirku hanya lewat kenikmatan aku bersyukur tapi lewat kepedihan aku selalu jauh dari kata bersyukur. Ketika senang pun aku berlarian memuja dunia Mu, bersenang dan menangguhkan setiap waktu yang telah disediakan untuk bersujud, lalu ketika aku merasakan hancur barulah manusia buruk ini berlarian mengejar untuk bersujud, memohon dengan mati-matian mengharap peluk dan kasih Mu.

Ya Allah

Zat yang Maha Pemberi.
Atas sakitku yang membuatku sering patah, aku selalu mengharapkan kasih Mu untuk selalu menyembuhkan sakitku, menyambungkan patahku, bahkan meluruskan semula keadaan.
Atas sakitku yang kadang membuatku hancur, aku akan selalu berlarian menanti waktu sujudku terhadap Mu, berharap Kau akan selalu membelai sedikit hati yang hancur hingga aku merasakan utuhnya lagi dikasihi.

Semuanya,
Aku tahu, kasih, cinta, pun sayang hakikinya yang tak pernah mengingkari hanyalah dari Mu
Tuhan semesta alam, zat sempurna yang selalu penuh memenuhi segalanya tanpa memandang apapun.
Hinanya seorang manusia, yang sering menangguhkan ibadah kepada Nya tapi selalu mengharap lebih terhadap kebahagiaannya. Tuhan, apakah sembuh harus datang ketika selesai merasakan sakit?
Apakah lurus harus selalu ada ketika setelah bengkok? Apakah utuh ada harus selalu setelah hancur?
Apakah rasa sempurna harus ada ketika ada setelah?

Atas sakitku, aku Sujudkan lewat ibadahku yang tak akan pernah sebanding dengan kasih Mu
Aku tahu ini tak akan semenyakitkan yang dirasa, hanya saja aku terlalu berharap lebih untuk manusia.
Atas sakitku, yang membuatku patah bahkan hancur, kuserahkan tubuhku untuk Kau peluk, lalu aku terengkuh dalam pelukan kasih Mu yang tak akan pernah ada yang melebihi nikmat nya.

Atas sakitku, yang membuatku tak utuh, kubiarkan Kau meninabobokkan aku sejenak agar aku sadar dan menyadari Kau lah tempat berpulang dan Mengadu Yang Sempurna.

Atas sakit...aku tahu tak akan semenyakitkan ini.
Atas sakitku, Aku ingin kau Peluk selamanya Allah.

Salam dari ku,
Perempuan yang mengharap pelukan kasih Mu, selalu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar